Green Data Center dan Energi Terbarukan: Masa Depan Infrastruktur Digital Indonesia
Oct 02, 2025
Mengapa Green Data Center Menjadi Isu Penting
Beberapa tahun terakhir, isu keberlanjutan dan lingkungan hidup tak bisa dilepaskan dari diskusi teknologi. Data center—yang menjadi jantung transformasi digital—ternyata merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Ribuan server yang beroperasi tanpa henti memerlukan daya listrik dalam jumlah besar, sekaligus menghasilkan panas yang harus dikelola dengan sistem pendingin.
Di Indonesia, kebutuhan data center semakin melonjak seiring perkembangan ekonomi digital, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), hingga e-commerce. Pertumbuhan ini memberi manfaat ekonomi besar, tetapi juga menghadirkan tantangan baru: bagaimana memastikan bahwa pembangunan data center tidak memperburuk krisis energi dan perubahan iklim?
Jawabannya adalah green data center—konsep pusat data yang mengutamakan efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, dan teknologi ramah lingkungan.
Potret Konsumsi Energi Data Center
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), data center global menyumbang sekitar 1% konsumsi listrik dunia. Angka ini mungkin terlihat kecil, tetapi dengan pertumbuhan AI dan cloud computing, proyeksi kebutuhan energi bisa meningkat dua kali lipat dalam dekade mendatang.
Di Indonesia, kebutuhan energi untuk data center juga meningkat tajam. Sebuah data center tier-3 bisa mengonsumsi listrik setara dengan ribuan rumah tangga. Jika semua pusat data masih bergantung pada energi berbasis fosil, dampaknya pada lingkungan akan sangat signifikan.
Karena itu, wacana green data center bukan lagi pilihan tambahan, melainkan keharusan.
Energi Terbarukan sebagai Solusi
Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan—mulai dari tenaga surya, air, angin, hingga panas bumi. Dengan memanfaatkan sumber daya ini, data center dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menekan emisi karbon.
Beberapa langkah yang mulai ditempuh antara lain:
- Tenaga Surya: Pemasangan panel surya di atap data center untuk mendukung sebagian kebutuhan energi.
- Panas Bumi: Pemanfaatan potensi geothermal yang melimpah di Indonesia, terutama di wilayah Sumatra dan Jawa.
- Air & Angin: Pengembangan PLTA dan PLTB yang bisa menjadi suplai tambahan untuk kawasan industri digital.
Dengan integrasi energi terbarukan, data center bukan hanya menopang pertumbuhan ekonomi digital, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.
Teknologi untuk Green Data Center
Green data center tidak hanya bergantung pada sumber energi. Teknologi pengelolaan infrastruktur juga sangat berperan.
Beberapa inovasi yang relevan antara lain:
- Sistem Pendingin Cair (Liquid Cooling): Pendinginan langsung ke server dengan cairan khusus yang lebih efisien dibanding pendinginan udara.
- Modular Smart Containment: Pengaturan ruang panas dan dingin agar energi pendinginan lebih hemat.
- Monitoring DCIM (Data Center Infrastructure Management): Pemantauan real-time untuk mengoptimalkan penggunaan energi.
Produk-produk seperti DTC Smart Series dari DTC Netconnect sudah mengadopsi konsep ini, sehingga mampu menghadirkan efisiensi energi hingga puluhan persen dibanding sistem tradisional.
Manfaat Green Data Center untuk Indonesia
Mengadopsi green data center bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi Indonesia:
- Efisiensi Biaya: Energi adalah komponen terbesar biaya operasional data center. Efisiensi berarti biaya layanan bisa lebih terjangkau.
- Daya Tarik Investasi Global: Perusahaan multinasional kini menuntut standar ESG (Environmental, Social, Governance). Data center hijau menjadikan Indonesia lebih kompetitif di mata investor.
- Mendukung Target Net Zero Emission 2060: Pemerintah Indonesia menargetkan nol emisi pada 2060, dan data center hijau akan menjadi salah satu penyumbang penting pencapaiannya.
- Membangun Citra Positif: Perusahaan yang menggunakan layanan green data center dapat menunjukkan komitmen pada keberlanjutan, sebuah nilai yang semakin dihargai oleh konsumen.
Studi Kasus dan Tren Global
Beberapa negara sudah lebih dulu menerapkan konsep green data center. Misalnya, di Islandia dan Norwegia, data center memanfaatkan energi panas bumi dan tenaga air yang melimpah. Di Singapura, keterbatasan lahan membuat pemerintah mendorong konsep data center vertikal dengan efisiensi energi maksimal.
Indonesia dapat belajar dari tren global ini sambil memanfaatkan kekayaan energi terbarukan lokal. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bukan hanya konsumen teknologi, tetapi juga bisa menjadi pemimpin dalam green data center di Asia Tenggara.
Peran DTC Netconnect dalam Ekosistem
Sebagai salah satu pemain lokal, DTC Netconnect memiliki visi menjadikan infrastruktur digital Indonesia lebih berkelanjutan. Melalui inovasi produk seperti Smart Rack Liquid Cooling System, Modular Smart Containment, dan sistem monitoring Bisoft, DTC membantu perusahaan beralih ke model data center yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan performa.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan dari berbagai skala—dari startup hingga korporasi besar—untuk ikut mendukung transformasi digital yang berkelanjutan.
Green data center bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak. Dengan konsumsi energi yang tinggi, industri data center hanya bisa tumbuh sehat jika mampu beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan.
Indonesia memiliki modal besar—pasar digital yang berkembang, potensi energi terbarukan yang melimpah, serta dukungan regulasi menuju net zero emission. Jika dipadukan dengan teknologi inovatif dari penyedia lokal dan kolaborasi dengan investor global, Indonesia bisa menjadi pusat data hijau di Asia Tenggara.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tidak boleh hanya dihitung dari sisi keuntungan finansial, tetapi juga dari jejak keberlanjutan yang ditinggalkan. Dengan green data center, Indonesia dapat membangun masa depan digital yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bertanggung jawab terhadap bumi.